Ketidak mampuan
dalam penyesuaian diri terhadap berbagai persoalan hidup manusia, bukan hanya
menyebabkan gangguan mental. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa situasi
yang memberi tekanan pada seseorang dapat mengakibatkan keluhan-keluhan fisik
seperti sakit kepala, asam lambung meningkat, dan sebagainya. Banyak kasus
dimana analisa dan segala jenis pemeriksaan oleh dokter menunjukkan seseorang
secara fisik tidak mempunyai masalah fisik. Namun pada kenyataannya orang
tersebut mengeluh karena sakitnya.
Psikosomatis
berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis
yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders
edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori
diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.
Gangguan
psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang umum dijumpai di populasi, namun seringkali menimbulkan
kesalahpahaman dibidang medis. Psikosomatis
merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh
bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali
berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada
pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang
keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem
pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya
penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping").
Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni
upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka
terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan.
Teori-teori dan
sudut pandang mengenai psikosomatik sangat beragam. Menggunakan istilah umum
dari berbagai teori psikosomatik tersebut, psikosomatik dapat didefinisikan
sebagai tidak ada penyakit somatic (ketubuhan) tanpa didahului oleh
antesenden-antesenden emosional dan atau social. Sebaliknya, tidak ada
penyakit-penyakit psikis tanpa memunculkan simtom-simtom somatic. Jelasnya,
istilah “reaksi-reaksi psikosomatik” berarti terjadinya reaksi tubuh yang
muncul dalam organ-organ yang berbeda sebagai konsekuensi dari reaksi emosi dan
situasi-situasi yang penuh tekanan (stressfull situations) seperti gangguan
perut, asma bronchial, dan lain-lainnya. Sebaliknya istilah “reaksi-reaksi
somato-psikis” berarti keadaan psikologis ditentukan dalam simton-simton
penyakit somatic. Sebagai contoh, kemurungan dan kesedihan yang mendalam
dihubungkan penyakit kanker.
Menurut model pendekatan psikosomatik,
penyakit berkembang melalui saling mempengaruhi antara factor-faktor fisikal
dan mental secara terus menerus yang saling memperkuat satu sama lain, melalui
suatu jaringan timbal balik yang kompleks. Penyembuhan dari penyakit
diasumsikan akan terjadi dengan cara yang sama juga (Tamm, 1993). Secara
singkat, Kellner (1994) mengungkapkan bahwa istilah psikosomatik menunjukkan
hubungan antara jiwa dan badan. Gangguan psikosomatik didefinisikan sebagai
suatu gangguan atau penyakit fisik dimana proses psikologis memainkan peranan
penting, sedikitnya pada beberapa pasien dengan sindroma ini.
Jurang antara
aspek-aspek biologis dan psikologis dari keadaan sakit masih tetap berlanjut
sampai suatu pendekatan baru muncul dan mulai dikembangkan pada awal abad kedua
puluh. Sigmund Freud, Ivan Pavlov dan WB Cannon berjasa besar dalam hal ini.
Penjelasan Freud mengenai ketidaksadaran, penelitian Pavlov mengenai
reflek yang terkondisi dan perhatian
Cannon mengenai reaksi menyerang dan menghindar menyediakan konsep-konsep
psikologis yang penting yang merangsang tumbuhnya pendekatan psikosomatik dalam
bidang perawatan kesehatan.
Istilah
psikosomatik sendiri dikembangkan oleh Helen Flanders Dunbar pada sekitar tahun 1930-an yang antara tahun
1930 sampai tahun 1940-an mempublikasikan sejumlah tulisan-tulisan ilmiah.
Buku-bukunya mengawali serangkaian perkembangan yang intensif dalam bidang
penelitian psikosomatik (Tamm, 1993).
Para penderita
psikosomatik, umumnya mengeluhkan gangguan yang berkaitan dengan sistem organ,
seperti :
1.
Kardio-vaskuler:
keluhan jantung berdebar-debar, cepat lelah
2.
Gastro-intestinal:
keluhan ulu hati nyeri, mencret kronis
3.
Respiratorlus: keluhan
sesak napas, asma
4.
Dermatologi: keluhan
gatal, eksim
5.
Muskulo-skeletal:
keluhan encok, pegal, kejang
6.
Endokrinologl: keluhan
hipertiroidi, hipotiroidi, dismenorea
7.
Urogenital: kehuhan
masih ngompoh, gangguan gairah seks
8.
Serebro vaskuler:
keluhan pusing, sering lupa, sukar konsentrasi, kejang epilepsi.
Selain
itu, masalah kejiwaan yang menyertainya yaitu gejala anxietas dan gejala
depresi.
Ciri-ciri Psikosomatis
ditandai dengan adanya keluhan fisik yang beragam, antara lain seperti :
1.
Pegal-pegal
2.
Nyeri di bagian tubuh
tertentu
3.
Mual,muntah, kembung
dan perut tidak enak
4.
Sendawa
5.
Kulit gatal, kesemutan, mati rasa
6.
Sakit kepala
7.
Nyeri bagian dada,punggung dan tulang belakang
A. PENYEBAB GANGGUAN
PSIKOSOMATIS
Permusuhan,
depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi adalah akar
dari
sebagian besar gangguan psikosomatik (Kaplan, et al, 1997).
Pada
umumnya pasien dengan gangguan psikosomatik sangat meyakini bahwa sumber
sakitnya benar-benar berasal dari organ-organ dalam tubuh. Pada praktik klinik
sehari-hari, pemberi pelayanan kesehatan seringkali dihadapkan pada permintaan
pasien dan keluarganya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan
(rontgen).
Biasanya
penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak didapatkan
penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan dan
masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah
menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan
gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh karena itu pada
pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu:
Ø Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran
ekonomi, pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang
lain, minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.
Ø Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam
hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
Ø Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk
rumah sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
Ø Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi,
waktu penyakit
berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.
B.
PENANGANAN PSIKOSOMATIS
Pengobatan gangguan
psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan beberapa cara dengan
mempertimbangkan pengobatan somatis (berorientasi pada organ tubuh yang
mengalami gangguan), pengobatan secara psikologis (psikoterapi dan sosioterapi)
serta psikofarmakoterapi (penggunaan obat-obatan yang berhubungan dengan
psikologi). Metode
mana yang kemudian dipilih oleh dokter sangat tergantung pada jenis kasus dan
faktor-faktor yang terkait dengannya.
Pada kasus tahap
awal, biasanya pengobatan hanya ditujukan kepada faktor somatis (fisik). Hal ini dapat menyebabkan penyakit timbul
kembali dan yang lebih parah akan menurunkan kepercayaan pasien akan
kemungkinan penyakitnya sembuh yang sebenarnya akan memperparah kelainan
psikosomatiknya sendiri. Akan tetapi memang agak sulit untuk membedakannya
dengan gangguan psikosomatis sehingga baru dapat dibedakan bila kejadiannya
telah berulang. Disinilah perlunya psikoterapi sebagai pendamping terapi
somatik.
Perlu dipertimbangkan penggunaan psikofarmaka
(obat-obat yang biasa digunakan dalam bidang psikologi) karena mungkin gangguan
psikologis yang diderita berhubungan dengan kondisi kimiawi di otak yang
mengalami ketidakseimbangan.
Dewasa ini therapy dengan menggunakan metode
Hipnosis sudah mulai dapat diterima di beberapa kalangan medis. HIPNOSIS
dan hipnoterapi dari hari ke hari kian banyak “penggemarnya”. Bahkan, tak hanya
orang dewasa yang menjalani terapi tersebut untuk membantu penyembuhan berbagai
penyakit, tetapi juga anak-anak yang mempunyai kesulitan belajar di sekolahnya.
Hipnoterapi memang merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat, efektif,
dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan reedukasi, dan
menyembuhkan pikiran yang sakit.